Kehebatan Presiden Negara China Sendiri Terbukti Dengan Menjadikan Negara China Sebagai Negara Adidaya Kedua Di Dunia

 



Keinginan dari pemimpin China, yaitu Presiden Xi Jinping yang ingin menyamai kekuatan atau bahkan melampaui kekuatan negara Amerika Serikat itu sendiri baik secara ekonomi maupun secara militer sebagai negara adidaya nomor satu di dunia ini pada pertengahan abad ke-21 mendatang. Sebenarnya, telah disampaikan Presiden Xi Jinping sendiri sejak tahun 2018 yang lalu melalui sebuah kesepakatan kongres tahunan yang dirilis pada tanggal 14 September 2018 tersebut. 

Dirinya ingin kekuatan militer dan ekonomi negara China ini dapat menjadi sekuat atau bahkan lebih kuat dari kekuatan militer dan ekonomi negara Amerika Serikat itu sendiri pada tahun 2050 mendatang. Kekuasaan yang dimilikinya atas lembaga militer dan ekonomi di negara China itu sendiri, dirasa dapat membantu mewujudkan cita-citanya ini dalam menjadikan negara China sebagai negara adidaya nomor satu di dunia pada tahun 2050 mendatang tersebut.

Kemudian, pernyataan Presiden Xi Jinping tentang keinginannya menjadikan negara China sebagai negara adidaya nomor satu di dunia pada tahun 2050 ini, tidak sekedar ucapan tanpa bukti atau ucapan belaka dari seorang tokoh pejabat saja. Melainkan, keinginan rencananya ini menjadikan China sebagai negara adidaya nomor satu di dunia pada tahun 2050 itu terbukti pada kemenangan pertamanya di dalam bidang ekonomi, khususnya perang dagang antara negara China dan negara Amerika Serikat yang terjadi sejak tahun 2018 sampai pada tahun 2020 tersebut. 

Setelah, salah seorang tokoh pemimpin negara Amerika Serikat, yaitu Presiden Donald Trump memberlakukan kebijakan UU negara Amerika Serikat pasal 301 tahun 1974 tentang pengenaan biaya bea masuk sebesar US$ 50 milliar untuk setiap barang-barang yang masuk dari Tiongkok, dalam rangka tujuan menurunkan neraca perdagangan negara Tiongkok itu yang kemungkinan akan berdampak pada ekonomi negara China sendiri dari tahun 2018 sampai pada tahun 2020 tersebut. 

Namun, berkat keberhasilan seorang tokoh pemimpin negara China, yaitu Presiden Xi Jinping dalam mengendalikan neraca perdagangan China pada tahun 2018 itu, negara China bisa menjadi pemenang dalam perang dagang antara negara China dengan negara Amerika Serikat yang berlangsung pada tahun 2018 sampai pada tahun 2020 tersebut. Karena, keberhasilannya meningkatkan laju kegiatan ekspor barang sudah jadi China ke negara-negara tetangga yang ada di Benua Asia tersebut. Bahkan, negara China itu sendiri sampai mencetak rekor surplus pada neraca perdagangan tahun 2018 ini, dalam rangka menghadapi sanksi bea masuk yang diberlakukan negara Amerika Serikat sendiri kepada barang-barang impor yang masuk dari negara China tersebut. 

Selanjutnya, negara China hingga sekarang masih menjadi negara dengan pasar ekonomi terbesar kedua di dunia. Setelah, negara China mampu mengambil alih posisi negara jepang yang saat itu pada tahun 2010 sebagai negara dengan pasar ekonomi terbesar kedua di dunia. Karena, negara China itu sendiri mampu menghasilkan produk barang yang lebih murah dan berkualitas dibanding produk negara barat yang mahal dan sama-sama berkualitas dengan produk China, seperti produk Huawei yang sama canggihnya dengan produk Iphone dari negara Amerika Serikat tersebut. Sehingga, saat sekarang ini banyak produk negara China yang laku dan paling dicari di pasar barang perdagangan internasional tersebut.

Selain prestasi Presiden Xi Jinping yang berhasil memenangkan perang dagang antara China dengan Amerika Serikat yang terjadi pada tahun 2018 itu, China juga berhasil menjadi negara dengan armada militer terbesar ketiga di dunia. Hal ini dibuktikan dengan negara China hingga sekarang menjadi negara dengan kapal selam militer terbanyak nomor satu di dunia dengan jumlah total aset sebanyak 79 buah. Kemudian, negara China juga diperkirakan juga memiliki hulu ledak nuklir terbanyak nomor tiga di dunia dengan jumlah total aset sebanyak 2.000 lebih hulu ledak nuklir.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, negara China juga melakukan pengembangan kekuatan militer konvensionalnya dalam berbagai sistem rudal canggih, terutama seperti sistem rudal hipersonik dan rudal balistik yang mampu melakukan serangan antarbenua kepada negara-negara musuh yang ada di luar teritorial wilayah negara China tersebut. Lalu, negara China juga berencana menambah jumlah kekuatan armada lautnya itu, terutama penambahan jumlah armada kapal induk dan jumlah kapal-kapal perang kelas perusak dalam rangka menjaga kedaulatan wilayah negara China tersebut.

Rencana Presiden Xi Jinping sendiri dalam mengubah kekuatan militer negara China yang bertujuan untuk menjadi kekuatan utama yang mampu melindungi kepentingan dalam negeri dan luar negeri China itu dalam menjadi negara adidaya nomor satu di dunia tersebut, telah terbukti dengan kemampuan Presiden Xi Jinping dalam mengubah sebuah pulau yang tak berpenghuni di dekat Laut China Selatan itu menjadi sebuah pangkalan militer laut yang berguna bagi negara China untuk memproyeksikan kekuatan armada lautnya ini dalam melakukan hegemoni wilayah di sekitar negara-negara yang ada di wilayah Laut China Selatan tersebut.

Beberapa pulau-pulau buatan China yang ada di Kepulauan Spratly dekat Laut China Selatan itu, berpotensi menjadi pangkalan militer untuk sebagai kekuatan utama negara China dalam menjaga dan melindungi kedaulatan wilayah negara China tersebut. Karena, terdapat beberapa sistem persenjataan canggih seperti pesawat serang dan pesawat pengebom, serta beberapa sistem rudal canggih yang ditempatkan negara China dekat wilayah Laut China Selatan tersebut. 

Sebenarnya, jauh sebelum negara China berubah menjadi negara maju dan adidaya nomor dua di dunia pada abad ke-21 ini, telah lebih dulu diramalkan agama Islam pada sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman, No. 1612. 

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Rasullullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : "Tuntutlah ilmu walau harus ke negeri China, karena sesungguhnya menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap umam muslim".

Walaupun banyak ahli hadist mengatakan bahwa hadist itu tidak shahih, yang perlu kita tekankan kepada bangsa Indonesia ini sendiri untuk belajar bagaimana cara bisa menjadi negara maju dan adidaya seperti halnya dengan negara China tersebut.

Mantan Wakil Presiden Yusuf Kalla pernah mengatakan, bagaimana cara bisa Indonesia menjadi negara maju, negara Indonesia sendiri harus mencontoh kegigihan orang China dalam menjadi negara adidaya nomor satu di dunia tersebut. Bahkan, Raja yang terkenal dari negara Francis, yaitu Raja Napoleon Bonaparte III itu juga pernah memberikan ramalan tentang negara China yang akan menjadi negara adidaya nomor satu di dunia tersebut. Raja Napoleon Bonaparte III sendiri dalam ramalannya tentang negara China itu mengibaratkannya seperti "Negara China adalah raksasa yang sedang tertidur, biarkanlah ia sementara waktu tertidur. Karena ketika ia terbangun, maka ia akan menggentarkan dunia". kata Napoleon Bonaparte III sesaat setelah pulang dari kerajaan China dan sesaat sebelum Kerajaan Francis berperang dengan Kerajaan Prussia dari Jerman pada tahun 1869 tersebut.

Jadi, intinya negara Indonesia itu juga bisa berpeluang menjadi negara maju dan negara adidaya seperti halnya negara China dengan kepemimpinan Presiden Xi Jinping pada tahun 2022 tersebut. Tidak penting pada tahun berapa negara Indonesia bisa menjadi negara maju dan negara adidaya di dunia. Tetapi, yang penting dipikirkan kita pada saat sekarang ini adalah bagaimana cara strategi negara Indonesia kita ini bisa menjadi negara maju dan negara adidaya seperti halnya dengan negara China pada tahun 2030 mendatang tersebut.






Komentar

Postingan Populer

Berawal Dari Konflik Laut China Selatan Hingga Skenario Perang Dunia Ke-III, China Dan Rusia Diyakini Bisa Menjadi Pemenang

Terbentuknya Alliansi Aukus Dan Perlombaan Senjata Rudal Hipersonik, Bukti Dimulainya Perang Dingin Ke-II Pada Masa Sekarang